Minggu, 07 November 2010

ALDEHID DAN KETON

ALDEHID DAN KETON

I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan praktikum ini adalah mempelajari reaksi kimia aldehid dan keton dan penggunaan aldehid dan keton untuk identifikasi senyawa.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu gugus fungsi yang kita yaitu aldehid. Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Nama IUPEC dari aldehida diturunkan dari alkana dengan mengganti akhiran “ana“ dengan “al“. Nama umumnya didasarkan nama asam karboksilat ditambahkan dengan akhiran dehida (Petrucci, 1987).
Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom C sama pada nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama. Pembuatan aldehida adalah sebagai berikut: oksidasi alkohol primer, reduksi klorida asam, dari glikol, hidroformilasi alkana, reaksi Stephens dan untuk pembuatan aldehida aromatik (Fessenden, 1997).
Salah satu reaksi untuk pembuatan aldehid adalah oksidasi dari alkohol primer. Kebanyakan oksidator tak dapat dipakai karena akan mengoksidasi aldehidnya menjadi asam karboksilat. Oksidasi khrompiridin komplek seperti piridinium khlor kromat adalah oksidator yang dapat merubah alkohol primer menjadi aldehid tanpa merubahnya menjadi asam karboksilat (Petrucci, 1987).
Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau sebuah alkil. Keton juga dapat dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil (Wilbraham, 1992).
Pembuatan keton ynag paling umum adalah oksidasi dari alkohol sekunder. Hampir semua oksidator dapat dipakai. Pereaksi yang khas antara lain khromium oksida (CrO3), phiridinium khlor kromat, natrium bikhromat (Na2Cr2O7) dan kalium permanganat (KMnO4) (Respati, 1986).
Reaksi-reaksi pada aldehida dan keton adalah reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Reaksi oksidasi untuk membedakan aldehida dan keton. Aldehid mudah sekali dioksidasi, sedangkan keton tahan terhadap oksidator. Aldehida dapat dioksidasi dengan oksidator yang sangat lemah. Sedangkan reaksi reduksi terbagi menjadi tiga bagian yaitu reduksi menjadi alkohol, reduksi menjadi hidrokarbon dan reduksi pinakol (Wilbraham, 1992).
Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen seperti pada alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang relatif kuat antara molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negatif dari yang lain (Fessenden, 1997).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah termometer 1 buah, water bath 1 buah, tabung reaksi 6 buah, tutup tabung reaksi, plat pemanas, pipet tetes 10 buah.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aseton, asetaldehid, sikloheksanon, eter, benzaldehid, NaOH, HCl, es batu, KMnO4, Besi (III) klorida, pereaksi tollens, pereaksi benedict, pereaksi fenilhidrazin, larutan iodin dalam KI, larutan amoniak 10%, larutan asam kromat, pereaksi fehling (A dan B), Natrium bisulfit, AgNO3, fuchsin, formal dehida.
IV. PROSEDUR KERJA
1. Uji Fehling
a. Diisi masing-masing tabung reaksi 0,5 ml larutan reagen fehling A dan 0,5 ml reagen fehling B.
b. Ditambahkan 0,5 ml asetaldehida dan dipanaskan selama 5 menit.
c. Diamati perubahan yang terjadi.
d. Diulangi percobaan dengan sampel aldehida dan keton lainnya.
2. Uji Tollens (Uji cermin Perak)
a. Dimasukkan 0,5 ml AgNO3 5%, 1 tetes larutan NaOH 6 N tetes demi tetes serta amonia encer tetes demi tetes.
b. Diaduk kuat-kuat hingga tercampur sempurna.
c. Ditambahkan 0,5 ml sampel, dikocok, dan dibiarkan selama 5 menit.
d. Jika tidak ada reaksi, dipanaskan di dalam water bath suhu 400 C selama 5 menit.
e. Diamati perubahan yang terjadi.
3. Uji Iodoform
a. Dimasukkan 1 ml sampel dan 1 ml I2 dalam KI ke dalam tabung reaksi.
b. Ditambahkan NaOH 6 M tetes demi tetes sampai larutan iodin berwarna kuning muda.
c. Didiamkan, bila dalam 5 menit belum terbentuk endapan, dipanaskan tabung reaksi dalam penangas air bersuhu 600 C.
d. Diamati perubahan yang terjadi.
4. Oksidasi
a. Oksidasi dengan KMnO4
1. Dimasukan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml asam format dan ditambahkan 2 tetes KMnO.
2. Dipanaskan dalam penangas selama 2 menit dan diamati perubahan yang terjadi.
3. Diulangi percobaan dengan asam asetat.
b. Osidasi dengan pereaksi fehling
1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml asam format dan ditambahkan 0,5 ml fehling A dan B.
2. Dipanaskan dalam penangas selama 2 menit dan diamati perubahan yang terjadi.
3. Diulangi percobaan dengan asam asetat.
5. Reaksi Garam Karboksilat
1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml Na-Asetat dan ditambahkan 0,5 ml FeCl3 hingga terbentuk warna merah.
2. Diamati perubahan yang terjadi.
V. HASIL PENGAMATAN
A. Hasil
1. Pembentukan asam karboksilat
No.
Langkah Percobaan
Hasil Percobaan
1.
2.
3.
Oksidasi Aldehid
0,5 ml KMnO4 + 2 tetes H2SO4 Pekat
Dikocok
Ditambahkan 0,5 ml asetaldehid lalu dipanaskan dalam penangas air.
Diperhatikan bau yang timbul.
Hidrolisis ester
0,25 ml H2SO4 + 0,5 ml etil asetat.
Diperhatikan bau yang timbul.
Reaksi garam karboksilat dengan asam sulfat.
0,5 ml larutan Na-asetat + 0,5 ml H2SO4 encer.
Diperhatikan bau yang timbul.
Panas, dari ungu menjadi cokelat,
Ada gelembung, ada endapan.
Bau menyengat, 3 lapisan (putih, cokelat, cokelat muda)
Panas, warna bening, bau balon
Warna bening, bau kapur barus.
2. Pembentukan garam karboksilat
No.
Langkah Percobaan
Hasil Percobaan
1.
2.
3.
0,5 ml larutan garam asetat + 0,5 ml NaOH.
Dikocok dan diamati perubahan yang terjadi.
Diulangi percobaan dengan asam format
Diulangi percobaan dengan asam propionat.
Warna bening
Warna bening
Warna bening, ada gelembung.
3. Esterifikasi
No.
Langkah Percobaan
Hasil Percobaan
1.
2.
0,5 ml etanol 70% + 0,5 ml asam asetat + 3 tetes H2SO4 pekat Dikocok dan dipanaskan dalam penangas air selama 5 menit.
Dituang isi tabung reaksi ke dalam air dan dicatat bau ester yang timbul.
Sampel asam format
Sampel asam propionat
Diulangi percobaan dengan etanol absolut.
Sampel asam asetat
Sampel asam format
Sampel asam propionat
Warna bening, setelah dipanaskan tetap, bau menyengat.
Warna bening, setelah dipanaskan ada gelembung, bau menyengat.
Warna bening, setelah dipanaskan ada 2 lapisan (atas bening, bawah kuning), bau sangat menyengat.
Warna bening, setelah dipanaskan tetap, bau tidak menyengat
Warna bening, setelah dipanaskan bau menyengat
Warna bening, setelah dipanaskan ada 2 lapisan (atas bening, bawah kuning), bau menyengat
4. Oksidasi
No.
Langkah Percobaan
Hasil Percobaan
1.
2.
3.
1.
2.
3.
a. oksidasi dengan KMnO4
0,5 ml asam format + 2 tetes KMnO.
Dipanaskan dalam penangas selama 2 menit dan diamati perubahan.
Diulangi percobaan dengan asam asetat.
Diulangi percobaan dengan asam propionat.
b. oksidasi dengan pereaksi fehling
0,5 ml asam format + 0,5 ml fehling A dan B.
Dipanaskan dalam penangas selama 2 menit dan diamati perubahan.
Diulangi percobaan dengan asam asetat.
Diulangi percobaan dengan asam propionat.
Warna cokelat
Warna bening, tidak ada endapan.
Warna ungu, dipanaskan ada endapan merah bata.
Warna merah kekuningan, dipanaskan ada endapan cokelat tua.
Warna biru
Tetap
Warna biru, dipanaskan tetap.
Warna biru, dipanaskan tetap.
1. Reaksi garam karboksilat
No.
Langkah Percobaan
Hasil Percobaan
1.
2.
0,5 ml Na-Asetat + 0,5 ml FeCl3 hingga terbentuk warna merah. Dipanaskan
Diamati perubahan yang terjadi.
Warna orange
Warna orange tua
B. Pembahasan
1. Pembentukan Asam Karboksilat
a. Oksidasi aldehid
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memasukkan 0,5 ml KMnO4 ke dalam tabung reaksi dan menambahkan 2 tetes H2SO4 pekat. Kemudian dikocok agar larutan homogen. Menambahkan 0,5 ml sampel asetaldehid lalu dipanaskan dalam penangas air, pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi yang berlangsung. Maka didapatkan perubahan yang terjadi adalah larutan terasa panas, mengalami perubahan warna dari ungu menjadi cokelat, muncul gelembung, dan bau menyengat. Percobaan di atas menunjukkan adanya reaksi positif dari sampel asetaldehid karena terbentuknya asam karboksilat yang dibuktikan dengan bau yang menyengat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
O



R C H + [ O ] RCO2H
b. Hidrolisis ester
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memasukkan ke dalam tabung reaksi 0,25 ml H2SO4 dan 0,5 ml etil asetat. Maka didapatkan perubahan yang terjadi adalah larutan terasa panas berwarna bening, dan bau yang dihasilkan adalah bau balon. Hal tersebut menunjukkan adanya reaksi positif dari etil asetat karena munculnya bau balon yang menunjukkan ada proses pembentukan asam karboksilat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
O
H+ / OH-
R C – OR + H2O RCO2H + HOR
c. Reaksi garam karboksilat dengan asam sulfat
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memasukkan 0,5 ml larutan Na-asetat dan 0,5 ml H2SO4 encer. Kemudian mengocok agar larutan menjadi homogen dan dipanaskan agar reaksi berlangsung lebih cepat. Maka didapatkan perubahan yang terjadi adalah larutan berwarna bening, dan bau yang dihasilkan adalah bau kapur barus. Hal tersebut menunjukkan adanya reaksi positif dari Na-asetat karena munculnya bau kapur barus yang menunjukkan ada proses pembentukan asam karboksilat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
2CH3CO2Na + H2SO4 Na2SO4 + 2CH3CO2H
2. Pembentukan Garam Karboksilat
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dimasukkan 0,5 ml larutan sampel (asam asetat, asam format, asam propionat) ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 0,5 ml NaOH. Kemudian dikocok agar larutan homogen. Maka didapatkan perubahan yang terjadi secara berturut-turut adalah pada sampel asam asetat larutan berwarna bening, sampel asam format larutan berwarna bening, sampel asam propionat larutan berwarna bening dan terdapat gelembung. Hal tersebut menunjukkan hanya asam propionat yang bereaksi positif pada pembentukan garam karboksilat, yang ditunjukkan dengan munculnya gelembung. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Asam asetat
HCOOH + NaOH HCOONa + H2O
Asam format
C2H5COOH + NaOH C2H5COONa + H2O
Asam propionat
3. Esterifikasi
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml etanol 70% lalu ditambahkan 0,5 ml asam asetat dan 3 tetes H2SO4 pekat Kemudian dikocok agar larutan homogen dan dipanaskan dalam penangas air selama 5 menit, pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi yang berlangsung. Maka didapatkan sebagai berikut pada sampel asam format warna larutan bening, ada gelembung, setelah dipanaskan bau menyengat. Sampel asam propionat warna larutan bening, setelah dipanaskan tetap bau sangat menyengat. Sampel asam asetat warna larutan bening, setelah dipanaskan bau menyengat. Percobaan tersebut diketahui bahwa asam propionat lebih reaktif daripada sampel yang lain, karena menghasilkan bau yang sangat menyengat. Sampel asam asetat yang paling tidak bereaksi.
Langkah kedua yang perlu dilakukan adalah dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml etanol absolut lalu ditambahkan 0,5 ml asam asetat dan 3 tetes H2SO4 pekat Kemudian dikocok agar larutan homogen dan dipanaskan dalam penangas air selama 5 menit, pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi yang berlangsung. Maka didapatkan sebagai berikut pada sampel asam format ada gelembung, setelah dipanaskan bau menyengat. Sampel asam propionat warna larutan bening, ada 2 lapisan (atas bening, bawah kuning) setelah dipanaskan tetap bau menyengat. Sampel asam asetat warna larutan bening, setelah dipanaskan bau tidak menyengat. Percobaan tersebut diketahui bahwa asam propionat lebih reaktif dari pada sampel yang lain, karena menghasilkan bau yang menyengat. Asam asetat paling tidak bereaksi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
H+, kalor
CH3CO2H + CH3CH2­OH CH3CO2CH2CH3 + H2O
Asam asetat etanol H2SO4 etil asetat
Reaksi yang terjadi pada etanol 70% dan etanol absolut adalah sama seperti di atas. Bedanya hanya pada bau yang dihasilkan. Etanol 70% baunya adalah bau balon dan sedikit bau asetat (menyengat). Sedangkan pada etanol absolut berbau balon (keton) saja. Hal ini disebabkan pada etanol 70% terdapat 30% air, yang berfungsi sebagai pengikat air, sehingga ketika larutan dituangkan ke air menghasilkan bau yang menyengat.
4. Oksidasi
a. Oksidasi dengan KMnO4
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memasukan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml asam format dan ditambahkan 2 tetes KMnO4. Kemudian dipanaskan dalam penangas selama 2 menit, pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi yang berlangsung. Maka didapatkan utnuk sampel asam format warna cokelat, kemudian warna larutan menjadi bening setelah ditambah sampel, setelah dipanaskan tidak ada endapan. Sampel asam asetat didapatkan warna ungu, setelah dipanaskan ada endapan merah bata. Sampel asam propionat didapatkan warna merah kekuningan, setelah dipanaskan ada endapan cokelat tua. Hal tersebut menunjukkan bahwa asam asetat dan asam propionat lebih reaktif dari pada asam format dalam reaksi Oksidasi dengan KMnO4. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Kalor
HCOOH + KMnO4- CO2+ H2O
Asam format
Kalor
CH3COOH + KMnO4- CH2 + CO2 + H2O
Asam asetat
Kalor
CH2CH3COOH + KMnO4- 2CH2 + CO2 + H2O
Asam propionat
b. Oksidasi dengan pereaksi fehling
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml asam format dan ditambahkan 0,5 ml fehling A dan B. Kemudian dipanaskan dalam penangas selama 2 menit pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi yang berlangsung. Pada sampel asam format larutan terdiri atas dua bagian, lapisan atas berwarna biru tua dan lapisan bawah berwarna kuning kecoklatan. Pada asam asetat, setelah dilakukan pemanasan pada larutan, tidak terjadi perubahan secara fisik pada larutan, yakni larutan tetap berwarna biru muda. Hal ini menunjukkan bahwa asam asetat tidak bisa dioksidasi oleh reagen fehling disebabkan karena asam asetat tergolong asam lemah, sehingga memiliki daya oksidasi yang lemah pula dan tidak dapat mereduksi larutan fehling. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut:
Fehling A dan B (Kalor)
HCOOH + 2CuO CO2 + H2O + Cu2O
Asam format
Fehling A dan B (Kalor)
CH3COOH + 2CuO CH2CO2 + H2O + Cu2O
Asam asetat
Fehling A dan B (Kalor)
CH2CH3COOH + 2CuO CH2CH2CO2 + H2O + Cu2O
Asam Propionat
5. Reaksi garam karboksilat
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml Na-Asetat dan ditambahkan 0,5 ml FeCl3 hingga terbentuk warna merah. Maka didapatkan larutan berwarna orange setelah dipanaskan warna larutan berubah lagi menjadi warna orange tua. Hal tersebut menunjukan bahwa terjadi reaksi positif dari na-asetat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
3NaCH3COO + FeCl3 3NaCl + 3CH3COO- + Fe3+
6CH3COO- + 3Fe3+ + 2H2O [Fe (OH)2 (CH3COO)6]+ + 2H+
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
1. Percobaan dengan oksidasi aldehid didapatkan asetaldehid reaktif dalam pembentukan asam karboksilat.
2. Percobaan hidrolisis ester didapatkan reaksi positif dari etil asetat karena timbulnya bau balon yang menunjukkan proses pembentukan asam karboksilat.
3. Reaksi garam karboksilat dengan asam sulfat didapatkan reaksi positif dari Na-asetat karena timbulnya bau kapur barus yang menunjukkan proses pembentukan asam karboksilat.
4. Percobaan pembentukan garam karboksilat didapatkan asam propionat yang bereaksi positif pada pembentukan garam karboksilat, ditunjukkan dengan munculnya gelembung.
5. Percobaan esterifikasi, dengan etanol diketahui sampel asam propionat lebih reaktif dari pada sampel yang lain, karena menghasilkan bau yang sangat menyengat. Asam asetat yang paling tidak bereaksi.
6. Percobaan oksidasi dengan KMnO4 didapatkan asam asetat dan asam propionat lebih reaktif dari pada asam format dalam reaksi Oksidasi dengan KMnO4.
7. Percobaan reaksi garam karboksilat terjadi reaksi positif dari Na-asetat karena terjadi perubahan pada saat pemanasan, dengan terbentuknya warna orange tua.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasatr Kimia Organik. Bina Aksara. Jakarta.
Riawan, S. 1990. Kimia Organik Edisi 1. Binarupa Aksara. Jakarta.
Wilbraham, Antony C. 1992. Pengantar Kimia Organik 1. ITB. Bandung.

Senin, 26 April 2010

laporan pH asam dan basa

I.  TUJUAN
·         Menentukan Ph larutan asam,basa dan garam.
·         Mengukur kelarutan hirolisis relatif dari beberapa ion.
II. LANDASAN TEORI
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.
            Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Søren Peder Lauritz Sørensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti makna singkatan "p" pada "pH". Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan untuk powerp (pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat), dan ada pula yang merujuk pada kata potential. Jens Norby mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan yang berarti "logaritma negatif".
pH didefinisikan sebagai minus logaritma dari aktivitas ion hidrogen dalam larutan berpelarut air. pH merupakan kuantitas tak berdimensi.pH umumnya diukur menggunakan elektroda gelas yang mengukur perbedaan potensial E antara elektroda yang sensitif dengan aktivitas ion hidrogen dengan elektroda referensi.
Perbedaan antara pH larutan X dengan pH larutan standar bergantung hanya pada perbedaan dua potensial yang terukur. Sehingga, pH didapatkan dari pengukuran potensial dengan elektroda yang dikalibrasikan terhadap satu atau lebih pH standar. Suatu pH meter diatur sedemikiannya pembacaan meteran untuk suatu larutan standar adalah sama dengan nilai pH(S). Nilai pH(S) untuk berbagai larutan standar S diberikan oleh rekomendasi IUPAC. Larutan standar yang digunakan sering kali merupakan larutan penyangga standar. Dalam prakteknya, adalah lebih baik untuk menggunakan dua atau lebih larutan penyangga standar untuk mengijinkan adanya penyimpangan kecil dari hukum Nerst ideal pada elektroda sebenarnya. Oleh karena variabel temperatur muncul pada persamaan di atas, pH suatu larutan bergantung juga pada temperaturnya.
Pengukuran nilai pH yang sangat rendah, misalnya pada air tambang yang sangat asam, memerlukan prosedure khusus. Kalibrasi elektroda pada kasus ini dapat digunakan menggunakan larutan standar asam sulfat pekat yang nilai pH-nya dihitung menggunakan parameter Pitzer untuk menghitung koefisien aktivitas
pH merupakan salah satu contoh fungsi keasaman. Konsentrasi ion hidrogen dapat diukur dalam larutan non-akuatik, namun perhitungannya akan menggunakan fungsi keasaman yang berbeda. pH superasam biasanya dihitung menggunakan fungsi keasaman Hammett, H0.Umumnya indikator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah. Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit / konduktivitas suatu larutan.
Menurut definisi asli Sørensen [2], p[H] didefinisikan sebagai minus logaritma konsentrasi ion hidrogen. Definisi ini telah lama ditinggalkan dan diganti dengan definisi pH. Adalah mungkin untuk mengukur konsentrasi ion hidrogen secara langsung apabila elektroda yang digunakan dikalibrasi sesuai dengan konsentrasi ion hidrogen. Salah satu caranya adalah dengan mentitrasi larutan asam kuat yang konsentrasinya diketahui dengan larutan alkali kuat yang konsentrasinya juga diketahui pada keberadaan konsentrasi elektrolit latar yang relatif tinggi. Oleh karena konsentrasi asam dan alkali diketahui, adalah mudah untuk menghitung ion hidrogen sehingga potensial yang terukur dapat dikorelasikan dengan kosentrasi ion. Kalibrasi ini biasanya dilakukan menggunakan plot Gran.[10] Kalibrasi ini akan menghasilkan nilai potensial elektroda standar, E0, dan faktor gradien, f, sehingga persamaan Nerstnya berbentuk. Perbedaan antara p[H] dengan pH biasanya cukup kecil. Dinyatakan bahwa[11] pH = p[H] + 0,04. Pada prakteknya terminologi p[H] dan pH sering dicampuradukkan dan menyebabkan kerancuan.
( Charles Keenan.1984:23)
pOH kadang-kadang digunakan sebagai satuan ukuran konsentrasi ion hidroksida OH−. pOH tidaklah diukur secara independen, namun diturunkan dari pH. Konsentrasi ion hidroksida dalam air berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen berdasarkan persamaan
[OH−] = KW /[H+]
dengan KW adalah tetapan swaionisasi air. Dengan menerapkan kologaritma:
pOH = pKW − pH.
Sehingga, pada suhu kamar pOH ≈ 14 − pH. Namun hubungan ini tidaklah selalu berlaku pada keadaan khusus lainnya.
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan Basa memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga dapat kita bisa menentukan sifat suatu larutan. Untuk menentukan suatu larutan bersifat asam atau basa, ada beberapa cara. Yang pertama menggunakan indikator warna, yang akan menunjukkan sifat suatu larutan dengan perubahan warna yang terjadi. Misalnya Lakmus, akan berwarna merah dalam larutan yang bersifat asam dan akan berwarna biru dalam larutan yang bersifat basa. Sifat asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya. pHmerupakan suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7, sedangkan larutan netral memiliki pH=7. pH suatu larutan dapat   ditentukan dengan indikator pH atau dengan Ph meter.
( Ralph H Petrucci.1987)
            Sejak berabad-abad yang lalu, pakar kimia mendefinisikan asam dan basa berdasar sifat larutannya. Larutan asam memiliki rasa masam dan bersifat korosif (merusak logam, marmer, dan berbagai bahan lain). sedangkan basa berasa agak pahit dan bersifat kaustik ( licin).
Namun ada beberapa pendapat yang menjelaskan penyebab sifat asam dan basa. Pada tahun 1777, Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794) mengemukakan bahwa asam mengandung unsur oksigen. Davy kemudian menyimpulkan bahwa unsur hidrogenlah yang merupakan unsur dasar asam. Kemudian tahun 1814 Joseph Louis Gay-Lussac (1778-1850) menyimpulkan bahwa asam adalah suatu zat yang dapat menetralkan alkali dan kedua golongan senyawa itu hanya dapat didefinisikan dalam kaitan satu dengan yang lain.
Namun konsep/pendapat yang cukup memuaskan, dan dapat diterima hingga saat ini dikemukakan oleh Svante August Arrhenius (1859-1927), yaitu :
asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+. dengan kata lain, pembawa sifat asam adalah ion H+. dan dirumuskan dengan
HxZ(aq)---------»xH+(aq) + Zx-(aq)
basa adalah zat yang dalam air menghasilkan ion hidroksida (OH-). dengan kata lain, pembawa sifat basa adalah (OH-). dan dirumuskan dengan
M(OH)x(aq)---------»Mx+(aq) + xOH-(aq)
( Hiskia,Ahmad.1998:15)
Garam seperti itu merupakan elektrolit kuat terurai menjadi kation dan anion pembentuknya.pengionannya dalam air tidak mengubah jumlah ion H+ atau ion OH- sehingga [ H+] tetap = 10-7.Dengan demikian larutan garam tersebut mempunyai pH = 7.
Ex.Garam KCl,NaCl,dll.
garam – garam yang termasuk kedalam golongan ini mempunyai pH = 7, karena garam tersebut akan terhidrolisis sehingga mengubah [H+] atau [OH-].Bila asamnya lebih kuat daripada basanya maka pH > 7.Untuk garam yang berasal dari asam dan basa lemah bias didapat pH = 7 yaitu asam dan basa tersebut sama kuat atau Ka = Kb.
Garam dari asam  kuat dan basa lemah,ex,NH4Cl
[ H + ] = √Kw/Kb x Cg
pH     = ½ ( pKw + pCg – pKb )
Garam dari basa kuat dan asam lemah,ex.NaCH3COO
[ H+] = √Kw/Ka x Cg
pOH = ½ ( Pkw + pCg – pKa )
Garam dari asam lemah dan basa lemah,ex.NH4CH3COO
[ H+] = √Kw/Kb x Ka
pH  = ½ ( pKw + pKa – pKb
(Nesbah.2010)
III. pelaksanaan percobaan
3.1.      Alat dan bahan
Bahan
Alat
Asam klorida
Tabung reaksi 20 ml
Natrium hidroksida
Labu ukur 25 ml
Asam asetat
Timbangan teknis
Natrium asset
Ttimbangan analitik
Asam sulfat
Kertas PH indicator universal
Ammonium khlorida

Natrium khlorida

K2PO4


3.2.      Prosedur Kerja
1.    bersihkan 10 tabung reaksi dengan attak dan air sampai bersih.
2.    pindahkan 2 ml larutan yang telah disediakan kedalam massing-masing tabung reaksi, kemudian tentukan PH larutan dengan menggunakan kertas PH indicator universal.
3.    hitung kosentrasi masing-masing larutan tersebut.

IV. Hasil dan Pembahasan
4.1.   Hasil
No
Nama larutan
pH
Konsentrasi
1
Asam Sulfat (H2SO4)
1

2
Asam klorida (HCl)
4

3
Natrium Hidroksida (CH3COONa)
13

4
Nattium khlorida (NaCl)
7

5
Natrium Asetat (CH3COONa)
9

6
Amonium klorida (NH4Cl)
7

7
K2PO4 (dikalium Hidrogen Phospat)
11


Hasil Perhitungan Konsentasi                     
1.         Diketahui Ph H2SO4 adalah 1.
Hitunglah konsentrasi larutan H2SO4 tersebut!
Penyelesaian :
PH = 1
[H+] = 1 – log 1 = - log 10-1
                          = 10-1 M = 0,1 M

2.         Diketahui PH larutan HCL adalah 4.
Tentukan konsentrasi dari larutan HCL tersebut!
Penyelesaian :
PH = 4

[H+] = 4 – log 1 = - log 10-4
[H+] = 10-4 M = 0,0001 M

3.         Diketahui PH larutan NaOH adalah 13.
Tentukan konsentrasi larutan NaOH tersebut!
Penyelesaian :
PH = 13
PH = 14 – POH
POH = 14 – PH
         = 14 – 13 = 1
POH = 1 – log 1 = - log 10-1
[OH-] = 10-1 M = 0,1 M

4.         Diketahui PH larutan NaCl adalah 7.
Tentukan konsentrasi larutan NaCl tersebut!
Penyelesaian :
PH = 7
Larutan ini bersifat netral, sehingga konsentrasi yang diperoleh yaitu 10-7 M.. Natrium klorida merupakan garam dari basa kuat dan asam kuat. Garam seperti ini merupakan elektrolit kuat terurai menjadi kation dan anion pembentuknya.

5.         Diketahui PH larutan CH3COONa adalah 9.
Tentukan kosentrasi larutan CH3COONa tersebut!
Penyelesaian ;
PH = 9
PH = 14 – POH
POH = 14 – PH
         = 14 – 9 = 5
POH = 5 – log 1 = - log 10-5
[OH-] = 10-5 M = 0,00001 M
[OH-]

(10-5)2 =  10-14/ 10-5 x Mg
Mg = 10-10/ 10-9 =10-1 M = 0,1 M

6.            Diketahui PH larutan NH4CL adalah 7.
Tentukan konsetrasi larutan NH4CL tersebut!
Penyelesaian :
PH = 7
larutan ini bersifat netral, sehingga konsentrasi yang diperoleh yaitu 10-7 M.. Amonium klorida merupakan garam dari basa kuat dan asam kuat. Garam seperti ini merupakan elektrolit kuat terurai menjadi kation dan anion pembentuknya.
7.         Diketahui PH larutan K2HPO4 adalah 11.
Tentukan kosentrasi larutan K2HPO4 tersebut!
Penyelesaian :

PH = 11
            POH = 14 – 11 = 3 = 3 - log 1
                                           = - log 10-3
           [OH-] = 10-3
           [OH-] =  
          (10-3)2   = 10-14 /10-5  X Mg
          10-6  = 10-9  x Mg
         Mg  = 103 M = 1000 M

4.2.   Pembahasan
            Dalam hasil percobaan, pada tabung reaksi I dimasukkan asam sulfat. PH asam sulfat didapat 1. Hal ini didapat dengan menggunakan indicator universal dengan cara memasukkan asam sulfat ke dalam tabung reaksi kira – kira 2 ml kemudian masukkan indicator universal ke dalam tabung reaksi sehingga indicator mengalami perubahan warna kemudian dicocokkan ke dalam table ph asam-basa.Maka didapatkan ph 1 dan dihitung konsentrasi yang diperoleh yaitu 10-1. Dari percobaan yang diperolah terbukti bahwa asam sulfat bersifat asam kuat dimana pH yang diperoleh yaitu 1.
            Pada tabung reaksi II dimasukkan Asam klorida. PH Asam klorida didapat 4. Hal ini didapat dengan menggunakan indicator universal dengan cara memasukkan Asam klorida ke dalam tabung reaksi kira – kira 2 ml kemudian masukkan indicator universal ke dalam tabung reaksi sehingga indicator mengalami perubahan warna kemudian dicocokkan ke dalam tabel ph asam-basa. Maka didapatkan pH 4 dan dihitung konsentrasi yang diperoleh yaitu 10-4.. Asam klorida merupakan larutan asam kuat dimana Ph yang di peroleh yaitu < 7. Dalam percobaan diperoleh Ph 4. 
            Pada tabung reaksi III dimasukkan Natrium Hidroksida. PH Natrium Hidroksida didapat 13. Hal ini didapat dengan menggunakan indicator universal dengan cara memasukkan Natrium Hidroksida ke dalam tabung reaksi kira – kira 2 ml kemudian masukkan indicator universal ke dalam tabung reaksi, sehingga indicator mengalami perubahan warna kemudian dicocokkan ke dalam tabel ph asam- basa. Maka didapatkan pH 13 dan dihitung konsentrasi yang diperoleh yaitu 10-1 M.. Natrium Hidroksida merupakan merupakan larutan basa kuat dimana Ph yang di peroleh yaitu > 7.Dalam percobaan diperoleh pH 13. 
            Pada tabung reaksi IV dimasukkan Natrium Klorida. PH larutan Natrium klorida didapat 7.Hal ini didapat dengan menggunakan indicator universal dengan cara memasukkan Natrium klorida ke dalam tabung reaksi kira – kira 2 ml kemudian masukkan indicator universal ke dalam tabung reaksi sehingga indicator mengalami perubahan warna kemudian dicocokkan ke dalam tabel ph asam basa. Maka didapatkan pH 7 dan larutan ini bersifat netral, sehingga konsentrasi yang diperoleh yaitu 10-7..Natrium klorida merupakan larutan garam yang merupakan garam dari asam kuat dan basa kuat. Garam seperti merupakan elektrolit kuat terurai menjadi kation dan anion pembentuknya.
            Pada tabung reaksi V dimasukkan Natrium Asetat. PH Natrium Asetat didapat 9. Hal ini didapat dengan menggunakan indicator universal dengan cara memasukkan Natrium  Asetat ke dalam tabung reaksi kira – kira 2 ml kemudian masukkan indicator universal ke dalam tabung reaksi, sehingga indicator mengalami perubahan warna kemudian dicocokkan ke dalam tabel pH asam- basa. Maka didapatkan pH 9, dan dihutung konsentrasinya yaitu 10-1 M. Natrium Asetat merupakan garam dari basa kuat dan asam lemah.
            Pada tabung reaksi VI dimasukkan Amonuim klorida. PH Amonium klorida didapat 7. Hal ini didapat dengan menggunakan indicator universal dengan cara memasukkan Amonium klorida ke dalam tabung reaksi kira – kira 2 ml, kemudian masukkan indicator universal ke dalam tabung reaksi sehingga indicator mengalami perubahan warna kemudian dicocokkan ke dalam tabel ph asam-basa. Maka didapatkan pH 7, dan larutan ini bersifat netral, sehingga konsentrasi yang diperoleh yaitu 10-7 M.. Amonium klorida merupakan garam dari basa kuat dan asam kuat. Garam seperti ini merupakan elektrolit kuat terurai menjadi kation dan anion pembentuknya.
            Pada tabung reaksi VII dimasukkan Dikalium Hidrogen Phospat. pH Dikalium Hidrogen Phospat didapat 11. Hal ini didapat dengan menggunakan indicator universal dengan cara memasukkan larutan Dikalium Hidrogen Phospat ke dalam tabung reaksi kira – kira 2 ml kemudian masukkan indicator universal ke dalam tabung reaksi sehingga indicator mengalami perubahan warna, kemudian dicocokkan ke dalam tabel ph asam-basa. Maka didapatkan pH 11 dan dihitung konsentrasi yang diperoleh yaitu 103 M.. Dikalium Hidrogen Phospat merupakan larutan garam.
BEBERAPA APLIKASI ASAM, BASA,dan GARAM
·         Hujan Asam
Gas-gas sisa, baik yang berasal dari kendaraan bermotor atau pabrik, mengandung gas belerang dioksida dan nitrogen oksida. Gas-gas ini dilepas ke udara sehingga menimbulkan polusi. Gas-gas tersebut juga larut dalam titik-titik air di awan sehingga membentuk larutan asam sulfat dan asam nitrat. Ketika terjadi hujan, larutan-larutan ini bercampur dan turun bersama hujan. Inilah yang dinamakan dengan hujan asam.
Hujan asam merugikan manusia dan lingkungan. Berikut adalah dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam:hujan asam dapat menyebabkan matinya tumbuhan dan ikan. Asam yang terdapat dalam air hujan dapat bereaksi dengan mineral dalam tanah. Tumbuhan menjadi kekurangan mineral sehingga mati atau tidak tumbuh dengan baik. Hujan asam juga dapat melarutkan alumunium dari mineral dalam tanah dan bebatuan, kemudian menghanyutkannya ke sungai sehingga dapat meracuni ikan dan mahluk air lainnya.
Hujan asam yang bereaksi dengan logam dapat merusak jembatan, mobil, kapal laut, dan rangka bangunan. Hujan asam dapat merusak bangunan (gedung/ rumah) yang terbuat dari batu kapur
·         ASAM, BASA DAN GARAM        
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan rasa pahit, getir, asam, asin dan manis pada makanan atau minuman yang kita cicipi, bukan? Pada dasarnya rasa makanan, minuman atau zat tertentu yang terasa asam, pahit, getir, asin dan manis disebabkan karena sifat zat tersebut, yaitu sifat yang berkaitan dengan asam, basa dan garam. Rasa asam terkait dengan suatu zat yang dalam ilmu kimia digolongkan sebagai asam. Rasa pahit terkait dengan bahan lain yang digolongkan sebagai basa. Namun, tidak semua yang mempunyai rasa pahit merupakan basa. Basa dapat dikatakan sebagai lawan dari asam. Jika asam dicampur dengan basa, maka kedua zat itu saling menetralkan, sehingga sifat asam dan basa dihilangkan. Hasil reaksi antara asam dengan basa kita sebut garam. Adapun rasa manis terkait dengan kehadiran sifat asam dan basa secara bersama-sama.Untuk memperoleh pengetahuan tentang sifat asam, basa dan garam suatu zat lebih jauh lagi,
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.   Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan yang kami lakukan adalah sebagai berikut ;
v       Ada dua cara untuk mengetahui keasaman suatu larutan yaitu :
1.    Total keasaman adalah kesaman yang dapat dititrasi dengan basa.
2.    Konsentrasi ion hydrogen bebas dalam larutan.
v       Ph untuk menentukan konsentrasi ion hydrogen bebas dalam suatu larutan yaitu :
Ø  -log dari konsentrasi ion hydrogen yang dinyatakan dalam mol per liter larutan
           pH = - log [ H +]
v      POH untuk menentukan konsentrasi ion OH bebas dalam suatu larutan yaitu :
         -log dari konsentrasi ion OHyang dinyatakan dalam mol per liter larutan.
         pOH = - log [ OH ]
v     pH larutan asam lemah
Ø  Ka = [ H+]2 / Ma
Ø  [H+] = √Ka x Ma
Ø  pH = ½ (pka + pMa)
v    pH larutan basa lemah
Ø  [OH-] =√Kb x Mb
Ø  pH    = ½ ( Pkb x PMa )
v   Ph larutan garam
      Garam dari asam  kuat dan basa lemah,ex,NH4Cl
      [ H + ] = √Kw/Kb x Mg
       pH     = ½ ( pKw + pMg – pKb )
5.2.   Saran
·         Sebaiknya praktikan harus mengerti apa yang dilakukan dalam praktikum.
·         Sebaiknya praktikan harus tertib dalam melakukan praktikum.





Daftar Pustaka
Ahmad, Hiskia.1998.Kimia Larutan. Bandung : Citra Aditia Bakti
Keenan,Charles W.1984.Kimia Untuk Universitas edisi keenam Jilid.1. Jakarta : Erlangga
Nesbah.2010.Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Bengkulu: UNIB
Petrucci,Ralph H – Suminar.1987.Kimia Dasar edisi empat jilid II. Jakarta : Erlangga